Kamis, 21 Juli 2011

Fungsi Pusat Sumber Belajar, Pengembangan Sistem Instruksional, Pelayanan Media dan Produksi


BAB I
PENDAHULUAN

Latarbelakang Masalah
Proses pembelajaran pada dasarnya sudah berjalan dengan baik, namun masih ada beberapa hal yang dirasa kurang. Diantaranya sumber belajar yang dimiliki siswa, hanya terpaku pada perpustakaan saja. Maka dari itu dibuatlah pusat sumber belajar (learning resources center), suatu perkembangan baru dari perpustakaan. Ia lebih lengkap dibanding dengan perpustakaan, sebab tidak hanya terdiri dari kumpulan buku atau media cetak lainnya, tetapi mempunyai koleksi khusus lainnya.

Perumusan Masalah
Dalam makalah ini yang menjadi pembahasan utama adalah mengenai Fungsi PSB, Pengembangan Instruksional, Pelayanan Media dan Produksi. Masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : "Apa Fungsi PSB, Pengembangan Instruksional, Pelayanan Media dan Produksi, lalu bagaimana aplikasinya terhadap pendidikan ?"

Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah :
1. Memudahkan para pembaca dalam memahami Fungsi PSB, Pengembangan Intruksional, Pelayanan Media dan Produksi.
2. Dapat digunakan sebagai salah satu referensi pada mata kuliah Pengembangan Pusat Sumber Belajar.
3. Dibuat untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Pengembangan Pusat Sumber Belajar.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Fungsi Pusat Sumber Belajar
Perlu dipahami bahwa pengertian pusat sumber belajar jauh lebih luas daripada perpustakaan yang berupa kumpulan media cetak saja. Pusat sumber belajar juga bukan semata-mata suatu tempat atau gudang tempat menyimpan berbagai macam peralatan dan bahan pengajar. Pusat sumber belajar adalah suatu departemen yang memberikan fasilitas pendidikan, latihan dan pengenalan melalui produksi bahan media (seperti slide, OHP, filmstrip, film 16 mm, videotape, dan lainnya) dan pemberian pelayanan penunjang (seperti sirkulasi peralatan audiovisual, penyajian program-program video, pembuatan katalog dan pemanfaatan pelayanan sumber-sumber belajar pada perpustakaan) (Tucker, 1979).
Definisi menurut Tucker tersebut mencerminkan fungsi dan isi dari pusat belajar itu sendiri. Pusat sumber belajar mempunyai peranan yang cukup menentukan di dalam meningkatkan efektivitas dan efesiensi proses belajar mengajar. Pada dasarnya misi yang terutama dari pusat belajar adalah pengembangan system instruksional yang merupakan sarana utama untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi kegiatan belajar mengajar. Segala fungsi dan kegiatan yang dilaksanakan pusat sumber belajar adalah untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan misi tersebut.
Menurut Ellison (1972), Pusat sumber belajar memiliki fungsi antara lain:
1.      Memberikan fasilitas atau bantuan belajar bagi siswa,
2.      Menyediakan sumber belajar kepada mahasiswa dan dosen,
3.      Menyediakan bahan-bahan yang berguna untuk melaksanakan kurikulum dan pengalaman belajar bagi mahasiswa.
Sedangkan tujuan pusat sumber belajar adalah memberikan pelayanan-pelayanan berupa:
1.      Fasilitas penelitian dibidang pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar,
2.      Pengembangan pembelajaran,
3.      Pelatihan dibidang media, produksi media pembelajaran,
4.      Demonstrasi dan eksperiman dibidang pembelajaran,
5.      Konsultasi, pemilihan, pengembangan, produksi, pemanfaatan dan penyebarluasan media pembelajaran baru,
6.      Pusat informasi dan pusat peminjaman berbagai jenis peralatan media.
Adapun tujuan akhir pusat sumber belajar adalah meningkatkan kualitas belajar siswa atau mahasiswa dengan jalan membantu para guru atau dosen untuk mengkaji dan menerapkan hasil riset tentang pembelajaran untuk dipilih kemudian diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, memilih metode mengajar dan media pembelajaran terbaik dalam arti metode dan media yang paling efektif untuk pembelajaran.
B.     Fungsi Pengembangan Sistem Instruksional
Teknologi instruksional adalah suatu proses yang kompleks dan terpadu meliputi manusia, prosedur, ide, alat, dan organisasi untuk menganalisa masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah dalam situasi dimana belajar itu bertujuan dan terkontrol (AECT, 1977)
Komponen sistem instruksional terdiri dari pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan. Tiap unsur tersebut merupakan sumber belajar bagi siswa. Komponen sistem instruksional atau sumber belajar tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Komponen sistem instruksional tersebut sudah dirancang sedemikian rupa oleh fungsi pengembangan instruksional sesuai dengan fungsinya dalam merancang, melaksanakan dan menilai. Unsur-unsur fungsi pengembangan instruksional tersebut adalah riset, teori, desain, produksi, evaluasi, seleksi, logistik, pemanfaatan dan penyebaran.
Fungsi pengembangan instruksional sebelumnya telah diarahkan dan dikoordinasikan oleh fungsi pengelolaan instruksional yang terdiri dari pengelolaan organisasi dan pengelolaan personalia. Fungsi pengelolaan instruksional bertujuan mengawasi salah satu atau lebih fungsi pengembangan atau fungsi pengelolaan lainnya untuk menjamin pengoperasian yang efektif.
Fungsi ini menolong Jurusan atau Departemen dan Staf tenaga pengajar secara individual di dalam membuat desain dan pemilihan options untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi proses belajar dan mengajar, hal ini meliputi :
a.       Perencanaan kurikulum;
b.      Identifikasi pilihan program instruksional;
c.       Seleksi peralatan dan bahan;
d.      Perkiraan biaya;
e.       Penataran tentang pengembangan sistem instruksional bagi staf pengajar;
f.       Perencanaan program;
g.      Prosedur evaluasi;
h.      Revisi program.

C.    Fungsi Pelayanan Media
Fungsi Pelayanan langsung berhubungan dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pusat sumber belajar. Karena keberadaan pusat sumber belajar dengan semua personel dan sarana serta peralatannya adalah dimaksudkan untuk memberikan pelayanan berupa pemanfaatan berbagai jenis bahan dan media belajar untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Fungsi pelayanan ini juga berhubungan dengan pembuatan rencana program media dan pelayanan pendukung yang dibutuhkan oleh staf pengajar dan pelajar, meliputi :
a.       Sistem penggunaan media untuk kelompok besar,
b.      Sistem penggunaan media untuk kelompok kecil,
c.       Fasilitas dan program belajar sendiri,
d.      Pelayanan perpustakaan media atau bahan pengajaran,
e.       Pelayanan pemeliharaan dan penyampaian,
f.       Pelayanan pembelian bahan-bahan dan peralatan.
Bahan-bahan yang dikoleksi pusat sumber belajar yang dimanfaatkan baik oleh guru maupun peserta belajar dapat dibeli di tempat-tempat yang menjual bahan atau media yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di sekolah atau madrasah misalnya toko buku, toko VCD dan atau kaset rekaman audio atau video, atau dapat diperoleh melalui hibah dari lembaga-lembaga yang ada hubungannya dengan pendidikan seperti departemen, kedutaan luar negeri, dan sebagainya.
Dalam jangka panjang tentunya pusat sumber belajar sendiri harus makin bertumbuh sehingga mempunyai kemampuan sendiri untuk memproduksi berbagai jenis media dan bahan belajar yang benar-benar dibutuhkan sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Untuk memudahkan pelaksanaan sirkulasi pelayanan bahan dan media belajar yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran tertentu, perlu mengklasifikasi bahan-bahan yang sudah berhasil diproduksi dan kemudian memberikan “entry number” untuk setiap bahan yang disimpan. Kita dapat menggunakan klasifikasi Desimal Dewey (DDC atau Dewey Decimal Classification) sebagai yang digunakan untuk mengklasifikasi buku-buku yang ada di perpustakaan.
Bila pusat sumber belajar sudah berkembang dengan pesat, dimana koleksi media sudah cukup banyak jumlah dan jenisnya, pelayanan pemanfaatan media ini dapat diberikan juga kepada pihak-pihak lain di luar kepentingan sekolah sendiri, misalnya sekolah atau madrasah lain.
D.    Fungsi Produksi
Kegiatan produksi amat penting dan sangat diperlukan dilakukan oleh pusat sumber belajar karena seperti telah dijelaskan di atas pusat sumber belajar harus mempunyai koleksi bahan atau media pembelajaran yang memadai untuk menunjang kegiatan diklat yang dilaksanakan, baik berupa bahan cetak maupun non cetak seperti bahan video, bahan audio, bahan belajar bantuan komputer, dan sebagainya.
Selama ini bahan belajar cetakan (printed materials) seperti buku, ensiklopedia, jurnal, hand-outs, diktat, dan sebagainya merupakan sumber belajar bahan yang paling dominan peranannya dalam kegiatan pembelajaran.
Perpustakaan selama ini telah menunjukkan peran yang cukup efektif dalam melaksanakan fungsi ini. Namun bahan cetakan yang lain seperti modul, pengajaran terprogram yang mampu berkomunikasi dengan peserta belajar, dan bahan bahan belajar lainnya yang bersifat non-cetak seperti kaset rekaman audio, kaset rekaman video, VCD, slide suara, filmstrip, film, bahan berbasis komputer, dan sebagainya perlu dikembangkan atau diproduksi sendiri oleh pusat sumber belajar, sehingga bahan-bahan belajar yang ada di diklat (PSB) dapat digunakan untuk menunjang kegiatan pendidikan dan pembelajaran.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kegiatan produksi dan pengembangan bahan atau media pembelajaran ini adalah walaupun kita sudah dapat menggunakan komputer pribadi (PC) untuk membuat transparansi maupun gambar-gambar grafis yang menarik, namun masih tetap diperlukan keterampilan dalam membuat bahan-bahan belajar yang murah (inexpensive materials) melalui penggunaan “letter guide” untuk menulis caption, membuat program animasi yang menarik, menempelkan gambar visual (mounting), memotret (still pictures), dan sebagainya.
Fungsi produksi dapat disusun sebagai berikut :
a.       Penyiapan karya seni asli (original artwork) untuk tujuan instruksional;
b.      Produksi transparansi OHP;
c.       Produksi fotografi (slide, filmstrip dan lain-lain);
d.      Pelayanan reproduksi fotografi;
e.       Pemrograman, pengeditan, dan reproduksi rekaman pita suara;
f.       Pemrograman, pemeliharaan, dan pengembangan sistem televisi di kampus;


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam pembahasan tadi telah dipaparkan fungsi-fungsi pusat sumber belajar. Fungsi dan kegiatan diatas merupakan fungsi dan kegiatan yang ideal. Seberapa jauh kegiatan yang ideal tersebut dapat dilaksanakan oleh pusat sumber belajar tergantung pada tujuan program pengajaran, fasilitas, peralatan yang dimilki, staf dan personalia yang ada dalam pusat sumber belajar yang bersangkutan.
Namun demikian, dapat dipastikan bahwa fungsi-fungsi diatas akan selalu dijumpai dalam setiap pusat sumber belajar sebagai suatu lembaga yang berusaha untuk memajukan efektivitas dan efesiensi kegiatan belajar mengajar. Yang berbeda hanyalah kegiatan-kegiatan nyata yang berhubungan dengan fungsi diatas, sesuai dengan adanya pembatasan-pembatasan yang terdapat pada masing-masing pusat sumber belajar.


DAFTAR PUSTAKA
AECT. 1977. Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V
Mudhoffir.1990. Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Belajar. Bandung: Remaja Karya
Tucker. 1979. The Organisation and Management of Educational Technology.

Selasa, 19 Juli 2011

Tipe Kepemimpinan dalam Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN
Kepemimpinan berdiri di atas dasar kepercayaan. Saat kepercayaan rapuh, maka pemimpinnya akan segera runtuh. Sama halnya dengan sebuah kepemimpinan dalam pendidikan yang berdiri atas dasar kepercayaan. Maka dari itu, hal yang paling mendasar dan terpenting ketika menjadi seorang pemimpin adalah memberikan kepada anggota atau bawahannya. Karena dengan cara seperti itulah seorang pemimpin akan disegani dan dihormati dalam sebuah organisasi. Biasanya tipe kepemimpinan seseorang tergantung pada gaya orang tersebut.
Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa untuk menjadi seorang pemimpin dalam dunia pendidikan harus memiliki karakteristik atau gaya memimpin yang pada akhirnya adalah memberikan kepercayaan kepada anggotanya demi terciptanya tujuan organisasi tersebut.
Makalah ini dibuat dengan tujuan mencoba menjabarkan beberapa tipe kepemimpinan guna memudahkan pembaca dalam memahami tipe-tipe kepemimpinan dalam pendidikan. Juga untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Administrasi Supervisi Pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Kepemimpinan
Sebelum kita menjelaskan secara komprehensif mengenai macam-macam tipe atau gaya kepemimpinan dalam pendidikan, sudah seharusnya kita mengetahui pengertian dari kepemimpinan itu sendiri. Agar nantinya memudahkan kita dalam memahami berbagai tipe kepemimpinan, maka dari itu pada bagian awal kita jelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian dan hakikat kepemimpinan.
Davis (1977) mengartikan, kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mengajak orang lain untuk mencapai tujuan yang sudah ditetukan dengan penuh semangat. Selanjutnya kepemimpinan menurut E. Mulyasa (2003) adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan untuk pencapaian tujuan bersama atau organisasi. Menurut Mardjin Syam (1966), kepemimpinan adalah proses pemberian jalan yang mudah (fasilitas) dari pada pekerjaan orang lain yang terorganisir dalam organisasi formal guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Carter V. Good memberikan pengertian yang lebih luas tentang apa sebenarnya hakikat kepemimpinan itu dalam dua batasan yang menurutnya, kepemimpinan tidak lain daripada kesiapan mental yang terwujudkan dalam bentuk kemampuan seseorang untuk memberikan bimbingan, mengarahkan dan mengatur serta menguasai orang lain agar mereka berbuat sesuatu, kesiapan dan kemampuan kepada pemimpin tersebut untuk memainkan peranan sebagai juru tafsir atau pembagi penjelasan tentang kepentingan, minat, kemauan cita-cita atau tujuan-tujuan yang diinginkan untuk dicapai oleh sekelompok individu.
Dengan demikian, hakekat kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan.
Di sini nampak bahwa unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam kepemimpinan pendidikan adalah (1) Pengikut, (2) Tujuan, dan (3) Kegiatan mempengaruhi. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang anggotanya dapat merasakan bahwa kebutuhan mereka terpenuhi, baik kebutuhan bekerja, motivasi, rekreasi, kesehatan, sandang, pangan, papan, tempat tinggal, maupun kebutuhan lainnya yang pantas didapatkannya.
Peran pemimpin dalam lembaga pendidikan sebagai figur sangat diperlukan dalam mengambil kebijakan dan keputusan sehingga berbagai persoalan dapat diatasi dalam keadaan yang paling rumit pun. Hal-hal penting yang perlu dicatat mengenai komponen kepemimpinan pendidikan adalah :
(1). Proses rangkaian tindakan dalam sistem pendidikan;
(2). Mempengaruhi dan memberi teladan;
(3). Memberi perintah dengan cara persuasif dan manusiawi, tetapi tetap menjunjung tinggi disiplin dan aturan yang dipedomani;
(4). Pengikut mematuhi perintah sesuai kewenangan dan tanggung jawab masing-masing;
(5). Menggunakan authority dan power dalam batas yang dibenarkan;
(6). Menggerakkan atau mengerahkan semua personel dalam institusi guna menyelesaikan tugas sehingga tercapai tujuan, meningkatkan hubungan kerja diantara personel, membina kerjasama, menggerakkan sumber daya organisasi dan memberi motivasi kerja.

B.  Fungsi Utama Kepemimpinan
Kesuksesan dan kegagalan suatu organisasi selalu dihubungkan dengan kepemimpinan. Secara umum, fungsi pemimpin adalah memudahkan pencapaian tujuan organisasi. Fungsi yang sangat singkatnamun padat dikemukakan oleh bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara, bahwa pemimpin yang baik haruslah menjalankan fungsi seperti berikut :
a.       Ing Ngarso Sung Tulodo (berarti didepan memberi teladan)
b.      Ing Madyo Mangun Karso (berarti ditengah menciptakan peluang berkarya)
c.       Tut Wuri Handayani (berarti dari belakang memberikan dorongan dan arahan)
Lebih detail Tahalele dan Soekarto (1975), menyebutkan fungsi kepemimpinan pendidikan dapat dibagi atas dua macam, yaitu :
1.    Fungsi yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai, yang terdiri dari :
a.    Memikirkan, dan merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskannya supaya anggota dapat bekerja sama mencapai tujuan itu.
b.    Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi supaya dapat dirumuskan rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik.
c.    Pemimpin berfungsi membantu membantu anggota kelompok dalam mengumpulkan keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan yang sehat.
d.   Pemimpin berfungsi menggunakan kesanggupan dan minat khusus anggota kelompok.
e.    Memberi dorongan kepada setiap anggota kelompok untuk melahirkan perasaan dan pikirannya dan memilih buah pikiran yang baik dan berguna dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh kelompok.
f.     Pemimpin berfungsi memberi kepercayaan dan menyerahkan tanggungjawab kepada anggota dalam melaksanakan tugas, sesuai dengan kemampuan masing-masing demi kepentingan bersama.

2.    Fungsi pemimpin yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan, antara lain :
a.    Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan di dalam kelompok, agar mempermudah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
b.    Mengusahakan suatu tempat bekerja yang menyenangkan, sehingga dapat dipupuk kegembiraan dan semangat bekerja dalam pelaksanaan tugas.
c.    Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan para anggota bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan merupakan bagian dari kelompok.
d.   Pemimpin dapat mempergunakan kelebihan yang terdapat pada pemimpin, bukan untuk berkuasa atau mendominasi untuk memberi sumbangan kepada kelompok menuju pencapaian tujuan bersama. Dalam suasana tersebut pemimpin dapat juga mengembangkan kesanggupan anggotanya. Ia juga harus mengakui anggotanya secara wajar.

C.  Tipe Kepemimpinan dalam Pendidikan
Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan lembaga tersebut. Tipe kepemimpinan akan identik dengan gaya kepemimpinan seseorang melaksanakan suatu kepemimpinan. Berbagai gaya atau tipe kepemimpinan banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari–hari, termasuk di sekolah. Walaupun pemimpin pendidikan khususnya sekolah atau madrasah formal adalah pemimpin yang diangkat secara langsung baik oleh pemerintah maupun yayasan, atau melalui pemilihan.
Tipe kepemimpinan yang secara luas dikenal dan diakui keberadaanya adalah :
1. Kepemimpinan Otokratik
Seorang pemimpin yang tergolong otokratik memiliki serangkaian karakteristik yang biasanya dipandang sebagai karakteristik yang negative. Dengan istilah lain pemimpin tipe otokratik adalah seorang yang egois. Dengan egoismenya pemimpin otokratik melihat perananya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasional. Seorang pemimpin yang otokratik ialah seorng pemimpin yang
(a). menganggap organisasi sebagai milik peribadi;
(b). mengindentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;
(c). menganggap bawahan sebagai alat semata-mata;
(d). tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat;
(e). tergantung pada kekuasaan formilnya;
(f). dalam tindakan pengerakannya sering mempergunakan approach mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum;
Pemimpin bertindak sebagai diktator, pemimpin adalah pengerak dan penguasa kelompok. Kewajiban bawahan atau anggota - anggotanya hanyalah mengikuti dan menjalankan, tidak boleh membatah ataupun mengajukan saran.

2. Kepemimpinan yang Laissez Faire (masa bodoh).
Laissez faire (kendali bebas) merupakan kebalikan dari pemimpin otokrtatik. Jika pemimpin otokkratik selalu mendominasi organisasi maka pemimpin laissez faire ini memberi kekuasaan sepenuhnya kepada anggota atau bawahan. Bawahan dapat mengembangkan sarannya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri dan pengarahan tidak ada atau hanya sedikit.
Adapun sifat kepemimpinan laissez faire seolah-olah tidak tampak, sebab pada tipe ini seorang pemimpin memberikan kebebasan penuh kepada para anggotanya dalam melaksanakan tugasnya. Disini seorang pemimpin mempunyai kenyakinan bahwa dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya bterhadap bawahan maka semua usahanya akan cepat berhasil.
 Pemimpin yang seperti ini menafsirkan demokrasi dalam arti keliru, karena demokrasi seolah–olah diartikan sebagai kebebasan bagi setiap anggota untuk mengemukakan dan mempertahankan pendapat dan kebijakannya masing-masing.
Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan Gaya Laissez Faire semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan karena pengaruh dari pemimpinnya.

3. Kepemimpinan Demokratis
Tipe demokratis berlandaskan pada pemikiran bahwa aktifitas dalam organisasi akan dapat berjalan lancear dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan apabila berbagai masalah yang timbul diputuskan bersama antara pejabat yang memimpin maupun para pejabat yang dipimpin.
Seorang pemimpin yang demokratis menyadari bahwa organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga mengambarkan secara jelas beragam tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan organisasi.
 Kepemimpinan demokrasi selalu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya. Berhasil tidaknya suatu pekerjaan bersama terletak pada kelompok dan pimpinan.

4. Kepemimpinan tipe karismatik
            Seorang pemimpin yang karismatik memiliki krakteristik khususnya yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara kongkrit mengapa orang tertentu itu dikagumi. Hingga sekarang para sarjana belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Karna kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib.
5. kepemimpinan tipe militeristik
            Tipe kepemimpinan yang biasa memakai cara yang lazim digunakan dalam kemiliteran. Pemimpin yang bertipe militeristis ialah seoarng pemimpin yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut : a. dalam mengerakan bawahan lebih sering mempergunakan system perintah; b. dalam mengerakan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya; c. senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan; d.  menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; e. sukar menerima kritikan dari bawahannya; f. menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

D.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemimpin Pendidikan
            Ngalim Purwanto (2004) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi pemimpin pendidikan, berikut ini :

1.      Keahlian dan pengetahuan
Keahlian dan pengetahuan yang dimaksud disini adalah latar belakang pendidikan atau ijazah yang dimilikinya, sesuai tidaknya latar belakang pendidikan itu dengan tugas-tugas kepemimpinan yang menjadi tanggung jawabnya; pengalaman kerja sebagai pemimpin apakah pengalaman yang telah dilakukannya mendorong dia untuk memperbaiki dan mengembangkan kecakapannya dan kerampilannya dalam memimpin.

2.      Jenis pekerjaan atau lembaga tempat pemimpin itu melaksanakan tugas jabatannya.
Tiap organisasi atau lembaga yang tidak sejenis memiliki tujuan yang berbeda, dan menuntut cara-cara pencapaian tujuan yang tidak sama.
3.      Sifat-sifat kepribadian pemimpin
Kita mengetahui bahwa secara psikologis manusia itu berbeda-beda sifat, watak, dan kepribadiannya.

4.      Sifat-sifat kepribadian pengikut
Tentang sifat-sifat kepengikutan, yaitu mengapa dan bagaimana anggota kelompok menerima dan mau menjalankan perintah atau tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpin.


BAB III
PENUTUP

Kepemimpinan berdiri di atas dasar kepercayaan. Saat kepercayaan rapuh, maka pemimpinnya akan segera runtuh. Sama halnya dengan sebuah kepemimpinan dalam pendidikan yang berdiri atas dasar kepercayaan. Maka dari itu, hal yang paling mendasar dan terpenting ketika menjadi seorang pemimpin adalah memberikan kepada anggota atau bawahannya. Karena dengan cara seperti itulah seorang pemimpin akan disegani dan dihormati dalam sebuah organisasi. Biasanya tipe kepemimpinan seseorang tergantung pada gaya orang tersebut.
Carter V. Good memberikan pengertian yang lebih luas tentang apa sebenarnya hakikat kepemimpinan itu dalam dua batasan yang menurutnya, kepemimpinan tidak lain daripada kesiapan mental yang terwujudkan dalam bentuk kemampuan seseorang untuk memberikan bimbingan, mengarahkan dan mengatur serta menguasai orang lain agar mereka berbuat sesuatu, kesiapan dan kemampuan kepada pemimpin tersebut untuk memainkan peranan sebagai juru tafsir atau pembagi penjelasan tentang kepentingan, minat, kemauan cita-cita atau tujuan-tujuan yang diinginkan untuk dicapai oleh sekelompok individu.
Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan lembaga tersebut. Tipe kepemimpinan akan identik dengan gaya kepemimpinan seseorang melaksanakan suatu kepemimpinan. Berbagai gaya atau tipe kepemimpinan banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari–hari, termasuk di sekolah. Walaupun pemimpin pendidikan khususnya sekolah atau madrasah formal adalah pemimpin yang diangkat secara langsung baik oleh pemerintah maupun yayasan, atau melalui pemilihan.


DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin, H. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung : Insan Mandiri.
Mulyasa, E. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya
Sutikno, Sobri. 2009. Pengelolaan Pendidikan. Bandung : Prospect.