Jumat, 15 Juli 2011

Pengelolaan Pendidikan Tinjauan Konsep Islami


Pengelolaan Pendidikan Tinjauan Konsep Islami
A.    Dasar dan Fungsi Pendidikan yang Islami
Pendidikan yang islami mengemban misi melahirkan manusia yang tidak hanya memanfaatkan persediaan alam, tetapi juga manusia yang mau bersyukur kepada yang membuat manusia dan alam, memperlakukan manusia sebagai khalifah dan memperlakukan alam tidak hanya sebagai objek penderitaan semata, tetapi juga sebagai komponen integral dari sistem kehidupan. Pendidikan yang Islami, tidak lain adalah upaya mengefektifkan aplikasi nilai-nilai agama yang dapat menimbulkan transformasi  nilai dan pengetahuan secara utuh kepada manusia, masyarakat dan dunia pada umumnya. Tauhid merupakan hal yang amat fundamental dan mendasari segala aspek kehidupan para penganutnya tidak terkecuali aspek pendidikan. Dalam kaitan ini seluruh pakar sependapat bahwa dasar pendidikan Islam adalah tauhid. Melalui dasar tauhid ini H. M. Quraish Shihab (1996) merumuskan lima hal kesatuan sebagai berikut:
Pertama, Kesatuan Kehidupan. Bagi manusia ini berarti bahwa kehidupan duniawi menyatu dengan kehidupan ukhrawinya. Sukses atau kegagalan ukhrawinya ditentukan oleh amal duniawinya.
Kedua, Kesatuan Ilmu. Tidak ada pemisah antara Ilmu-ilmu agama dan Ilmu-ilmu umum, karena semuanya bersumber dari satu sumber, yaitu Allah SWT.
Ketiga, Kesatuan Iman dan Rasio. Karena masing-masing dibutuhkan dan mempunyai wilayahnya sehingga harus saling melengkapi.
Keempat, Kesatuan Agama. Agama yang dibawa oleh para Nabi kesemuanya bersumber dari Allah SWT, prinsip-prinsip pokok menyangkut aqidah, syari’ah dan akhlak tetap sama dari zaman dahulu sampai sekarang.
Kelima, Kesatuan Individu dan Masyarakat. Masing-masing harus saling menunjang.
Berkaitan dengan ini H. Abuddin Nata (2001) menjelaskan bahwa fungsi Pendidikan yang Islami adalah sebagai penyiapan kader-kader khalifah dalam rangka membangun kerajaan dunia yang makmur, dinamis, harmonis dan lestari sebagaimana diisyaratkan oleh Allah SWT. Dengan demikian pendidikan Islam mestinya adalah pendidikan yang ideal, karena kita hanya berwawasan kehidupan secara utuh dan multi dimensional. Tidak hanya berorientasi untuk membuat dunia menjadi sejahtera dan gegap gempita, tetapi juga mengajarkan bahwa dunia sebagai ladang, sekaligus sebagai ujian untuk dapat lebih baik di akhirat.

B.     Pengelolaan Pendidikan Menurut Konsep Islami
            Pada dasarnya teori-teori serta pembahasan/kajian pengelolaan pendidikan menurut konsep islami tidak jauh berbeda dengan pengelolaan pendidikan tinjauan konsep umum. Hanya saja pengelolaan pendidikan tinjauan konsep islami senantiasa diarahkan pada upaya untuk mewujudkan cita-cita islam. Visi Misi dan Tujuan yang jelas yang diarahkan pada upaya mewujudkan cita-cita islam.
Adapun terminologi Islami yang secara khusus menyebutkan istilah pengelolaan belum ada yang populer. Namun bila didekati dari istilah bahasa Arab dapat dikemukakan di sini bahwa kata “yudabbiru” diartikan “mengarahkan”, mengelola, melaksanakan, menjalankan, mengatur atau mengurusi. Pengaturan urusan yang ada di alam ini benar-benar berdimensi tauhid; atau mengakar pada tindakan pengesaan Allah. Berkaitan dengan hal diatas Allah berfirman dalam surat yunus ayat 3 yang artinya: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa kemudian. Dia bersemayam di atas arasy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada keizinan-Nya (zat) yang demikian itulah Allah, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS.10:3).
            Allah telah mengatur urusan segala makhluk-Nya, berarti keberadaan Allah dengan iradat-Nya dan qudrat-Nya, merencanakan, menciptakan, memelihara, mengawasi seluruh makhluk dan tunduk kepada sunnatullah (kehendak dan hukum Allah). Dengan qudrat, iradat dan ilmu-Nya, Allah SWT mampu mengatur segala urusan makhluk-Nya di muka bumi ini dan juga memberi kemampuan potensial bagi manusia untuk menjadi wakil Tuhan atau Khalifatullah dan pemimpin di muka bumi ini. Setelah manusia menerima amanat dari Allah dan makhluk lain (malaikat, bumi dan gunung-gunung) menolak untuk mengelola bumi. Oleh sebab itu, pengelolaan Islami diletakan pada prinsip tauhid bahwa Allah sebagai Maha Pencipta dan Pengatur dengan segala urusan makhluk-Nya dan konsep khalifah yang diberikan sebagai status manusia di bumi ini dengan konsekuensi bertanggung jawab mengelola, memelihara dan mengawasi kelangsungan hidup di alam ini. Dalam Islam, pengelolaan dipandang sebagai perwujudan amal sholeh yang harus bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut memunculkan motivasi aktivitas untuk mencapai hasil yang bagus demi kesejahteraan bersama.
            Terdapat empat landasan untuk mengembangkan pengelolaan menurut pandangan Islam, yaitu kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian. Seorang manajer harus memiliki empat sifat utama itu agar pengelolaan yang dijalankannya mendapat hasil yang maksimal. Pengelolaan menurut pandangan Islam  merupakan pengelolaan yang adil. Islam juga menekankan pentingnya unsur kejujuran dan kepercayaan dalam pengelolaan. Nabi Muahammad SAW adalah seorang yang sangat terpercaya dalam menjalankan pengelolaan bisnisnya. Pengelolaan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW menempatkan manusia sebagai fokusnya, bukan hanya sebagai faktor produksi yang semata diperas tenaganya untuk mengejar target produksi. Nabi Muhammad SAW mengelola dan mempertahankan kerjasama dengan stafnya dalam waktu yang lama dan bukan hanya dalam hubungan sesaat. Salah satu kebiasaan Nabi Muhammad SAW adalah memberikan reward atas kreativitas dan prestasi yang ditunjukan stafnya. Pengelolaan Islam pun tak mengenal perbedaan perlakuan (diskriminasi). Dalam tatanan sosial, manusia sebagai khalifah harus bekerja untuk memenuhi tuntutan kekhalifahan dan amanah yang diberikan kepadanya. Pengelolaan sebagai proses pengaturan pekerjaan dan pranata social masyarakat menuntut pembumian nilai-nilai Islam, karena itu prinsip kebersamaan, keadilan, tanggungjawab melekat dalam prilaku pengelolaan Islami.
            Sofyan Syafri Harahap (1992) mengemukakan bahwa pengelolaan Islami diartikan sebagai suatu ilmu pengelolaan yang berisi struktur teori yang menyeluruh dan konsisten serta dapat dipertahankan dari segi empirisnya yang didasari pada jiwa dan prinsip-prinsip Islam. Dengan kata lain, pengelolaan pendidikan Islami ialah penerapan berbagai prinsip Islam dalam mengelola organisasi/lembaga pendidikan untuk kebaikan dan kemajuan manusia.
C.    Fungsi dan Ciri Pengelolaan Pendidikan Islami
Ada beberapa fungsi pengelolaan pendidikan Islami yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut:
Ø  Fungsi Perencanaan
            Perencanaan dapat dirumuskan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang terhadap hal yang akan dikerjakan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan (Afifuddin,2005). Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan pengelolaan.
Dalam rangka melakukan pekerjaan, seorang muslim hendaklah membuat perencanaan. Pada hakikatnya pikiran agama dibangun atas dasar perencanaan masa depan. Di dalam agama, seseorang harus memanfaatkan masa kini demi masa esoknya, dari hidupnya untuk matinya, dari dunia untuk akhirat. Demikian ia membuat perencanaan hidupnya dan membuat metode yang mengantarkan dirinya kepada tujuan yaitu ridha Allah dan mendapat balasan daripada-Nya (Qardhawi, 1989). Dalam Islam konsep perencanaan di dalamnya terkandung sifat tawakal sebagai refleksi dari kekuatan dan keyakinan tauhid kepada Allah.
Untuk membangun kerjasama yang baik dan membuat perencanaan pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat, maka diperlukan personel perencana yang berpengalaman dan berpengetahuan dalam bidang perncanaan pendidikan agar dapat menentukan dengan tepat apa yang harus dikerjakan.
Ø  Fungsi Pengorganisasian
            Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (Nagalim purwanto, 2003). Pengorganisasian berfungsi mencapai tujuan bersama sekaligus menampung tujuan individu.
Ø  Fungsi Pemotivasian
            Motivasi merupakan suatu kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Motivasi dapat mempengaruhi prestasi seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu. Motivasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pendidikan.
Ø  Fungsi Pengawasan
            Evaluasi sebagai fungsi pengelolaan adalah aktifitas untuk meneliti dan mengetahui sampai dimana pelaksanaan yang dilakukan di dalam proses keseluruhan organisasi mencapai hasil sesuai dengan rencana atau program yang telah ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Evaluasi menjadi sangat strategis sekali apalagi setiap orang dalam organisasi harus menyadari pentingnya evaluasi agar tidak terjadi penyimpangan. Nilai-nilai Islam mengajarkan secara mendasar mengenai evaluasi tertinggi atas perbuatan dan usaha manusia baik secara individual maupun secara organisatoris adalah Allah SWT.
            Pada paragraph di atas telah dikemukakan beberapa fungsi dari pengelolaan pendidikan menurut para ahli. Sekarang akan kami paparkan ciri dari pengelolaan Islami. Mochtar Effendy (1989) menjelaskan ada enam ciri-ciri pengelolaan pendidikan Islami, sebagai berikut:
1.      Pengelolaan berdasarkan akhlak yang luhur
Akhlak mulia merupakan nilai fundamental dalam ajaran Islam, bahkan kehadiran Islam yang dibawa Rasulullah adalah menyempurnakan akhlak manusia. Untuk itu para pemimpin atau manajer harus mengamalkan akhlak mulia.
2.      Pengeloloaan Terbuka
Pengelolaan Islami sangat memperhatikan keterbukaan, karena berkaitan dengan nilai kejujuran, pengelolaan yang sehat dan terbuka atau transparansi.karena jabatan sebagai pemimpin atau manajer adalah amanah yang harus dipelihara dengan baik dan penuh keadilan.
3.      Pengelolaan yang Demokratis
Konsokuensi dari sikap terbuka dalam pengelolaan, maka pengambilan keputusan atas musyawarah untuk kebaikan organisasi. Bahkan dengan musyawarah setiap personil akan merasa bertanggungjawab dan memiliki komitmen dalam menjalankan semua keputusan.

4.      Pengelolaan berdasarkan Ilmiah
Dalam Islam setiap pekerjaan harus dikerjakan dengan dasar pengetahuan atau kebenaran. Karena itu aktifitas pengelolaan yang dijalankan oleh pemimpin atau manajer organisasi haruslah mengamalkan prinsip pengetahuan.
5.      Pengelolaan berdasarkan tolong menolong
Salah satu cirri utama kehidupan muslim berdasarkan ajaran Islam adalah prinsip tolong menolong. Mengamalkan prinsip tolong menolong atau kerjasama adalah sunnatullah dan hal itu sejalan dengan fitrah penciptaan manusia.

6.      Pengelolaan berdasarkan perdamaian
Allah memerintahkan umat Islam untuk selalu memelihara perdamaian, sesuai dengan hakikat Islam yang berisikan kemaslahatan dan kedamaian. Dalam aktivitas apapun, termasuk pengelolaan dalam organisasi. Umat Islam harus mengamalkan dan menciptakan suasana perdamaian dan keharmonisan dalam mencapai tujuan yang diinginkan yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat.
D.    Tinjauan Pemimpin Menurut Konsep Islam
Berkaitan dengan sifat-sifat pemimpin yang terpuji, dalam ajaran Islam dapat dicontohkan dari sifat Rosulullah SAW dalam memimpin umatnya. Tugas manusia sebagai pemimpin di bumi ini ialah memakmurkan alam sebagai manifestasi dari rasa syukur manusia kepada Allah dan pengabdian kepada-Nya. Tugas khalifah diberikan kepada setiap manusia, maka dalam pelaksanaannya terkandung sikap kebersamaan atau pertanggung jawaban bersama kepada Allah akan memakmurkan alam ini. Konsep ini melahirkan nilai yang sangat penting tentang “pemimpin” kepemimpinan dan anggota atau yang dipimpin, serta situasi dimana kepemimpinan itu berlangsung.
  Pemimpin harus menjadi penolong menggerakkan, mengarahkan dan membimbing anggota organisasi untuk mematuhi kehendak Allah. Dan untuk memperoleh tindakan dari anggota yang dipimpin maka seorang pemimpin harus menunjukkan keteladanan.
Bersikap lemah lembut, pemaaf, rendah hati dan suka bermusyawarah dalam segala urusan untuk mengambil keputusan adalah rangkaian sikap pemimpin dalam hubungan dengan para bawahan dan menggerakkan mereka sehingga mau melakukan pekerjaannya. Dengan kata lain, keteladanan pemimpin dalam hubungan timbal baliknya dengan paar bawahan merupakan salah satu penggerak mereka untuk bekerja dalam setiap pekerjaan. Perlu diingat bahwa keteladanan yang baik adalah yang ditampilkan Rasulullah SAW untuk dijadikan model kepribadian setiap pemimpin. Rasulullah adalah uswatun hasanah (teladan yang baik).
Pemimpin dan anggotanya harus memiliki komitmen untuk melaksanakan segala keputusan yang diakui secara bersama sebagai kebenaran tindakan untuk bersama pula dalam organisasi. Dalam hal ini kualitas seseorang akan menempatkan dirinya pada derajat tertentu sesuai dengan prestasi kerjanya. Kinerja seseorang harus dihargai sebagai gambaran profesionalitasnya dalam menjalankan amanah pekerjaan. Oleh sebab itu dalam Islam profesionalitas menjadi syarat mutlak kelangsungan hidup sebuah organisasi. Dalam hadistnya Rasulullah SAW bersabda mengenai pentingnya keahlian dalam jabatan tertentu, yang artinya: “Bila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya (personil yang tidak professional) tunggulah kehancurannya”.
Referensi
Abudin nata. 2003. Manajemen Pendidikan. Jakarta : PRenada Media
Quraish Shihab. 1996. Wawasan Al Quran. Bandung : Mizan
Sobri Sutikno. 2009. Pengelolaan Pendidikan. Bandung : Prospect


Tidak ada komentar:

Posting Komentar